Tentang Saya

Minggu, 18 Desember 2016

Contoh Drama

Baru-baru ini saya ditugaskan oleh guru Seni Budaya saya untuk menampilkan sebuah drama yang beranggota 3 orang tiap kelompoknya. Beliau sungguh baik, Ia sudah menyiapkan teks dramanya. Lalu, kami para muridnya tinggal mempersiapkan diri untuk menampilkan drama yang telah beliau sediakan. Karena saya tidak pelit, saya akan membagikan teks drama yang sudah guru saya berikan. Berikut kisahnya.

Akibat Ulah Kita Sendiri

Pak Tanto tinggal di sepanjang Bantaran Sungai Bengawan Solo.
Rumahnya dan rumah warga lain membelakangi letak Sungai Bengawan Solo. Pak Tanto adalah tokoh masyarakat yang terpandang di desa tersebut.

Babak 1
  • Pak Kades : (membaca buku di balkon belakang rumah, melihat Tanto melemparkan sampah dapur di sungai) "Sudah pulang, Mas Tanto?"
  • Tanto : "Iya, Pak Kades. Pak Kades, tumben sore-sore bersantai di rumah? Tidak ada tugas dinas, Pak?"
  • Pak Kades : (beranjak dari tempat duduknya) "Iya, Mas. Kebetulan sedang longgar. Mas, maaf lho ini, Mas. Di rumah apa tidak ada keranjang sampah? Kok dibuang ke sungai?"
  • Tanto : "Punten, jelas ada lah Pak Kades mahaya aya wae. Tapi kan lebih praktisnya di sini Pak Kades. Semua warga juga begitu."
  • Pak Kades : "Tapi itu kan merusak keindahan sungai, Mas. Belum lagi airnya jadi kotor dan tercemar. Desa kita kan sering dilanda banjir. mungkin kebiasaan kita sendiri yang memicunya, Mas."
  • Tanto : "Ah Pak Kades teh, ini kan di belakang rumah. ndak masalah kalau kotor dikit atuhPunten atuh Pak, saya mau beres-beres rumah."
  • Pak Kades : "Oh silahkan-silahkan."

Babak 2
Pak Kades termenung di meja belajarnya. Bu Kades yang mengantarkan teh panas untuk Pak Kades mulai menjalin percakapan.
  • Ibu Kades : (meletakkan gelas di atas meja) "Bapak, magrib-magrib jangan melamun Pak. Pamali kalau orang tua bilang."
  • Pak Kades : (tersenyum) "Terima kasih tehnya, Bu. Bapak bukan melamun, hanya memikirkan nasib sungai di belakang rumah kita itu."
  • Ibu Kades : "Ada apa memangnya, Pak? Sungai diam saja kok dipikirkan."
  • Pak Kades : "Masyarakat kita itu lho, Bu. Mereka suka sekali membuang sampah ke sungai. Alasannya karena sungai ada di belakang rumah. Mereka tidak peduli merusak keindahan atau mencemari lingkungan. Bagaimana ya Bu biar keadaan berubah?"
  • Bu Kades : "Ibu sebenarnya ada ide, Pak. Tapi entah bisa dilaksanakan atau tidak."
  • Pak Kades : "Ide apa itu, Bu? Siapa tahu saja Bapak bisa berusaha melaksanakannya."
  • Bu Kades : "Pertama, warga membuang sampah di sungai kan karena posisi sungai ada di belakang rumah. Seandainya rumah warga menghadap ke arah sungai, pasti kan kebiasaan lama akan ditinggalkan. Kedua, kita buat taman-taman di seitar sungai. Warga akan suka ngobrol-ngobrol di sana sambil menikmati suasana sore. Itu ide Ibu, Pak."
  • Pak Kades : "Ide Ibu itu bagus sekali, lho. Biar besok Bapak menyampaikannya di kecamatan."
Berkat usaha Pak Kades yang berusaha meyakinkan pihak pemerintah, akhirnya turunlah dana untuk mengubah lokasi rumah warga jadi menghadap arah sungai. Di pinggiran sungai dibangun taman-taman yang indah. Benar bahwa warga menjadi enggan untuk membuang sampah di sungai lagi.

Babak 3
  • Tanto : (membuang sampah di tempat sampah)
  • Pak Kades : "Mas tanto, keranjang sampahnya sudah termanfaatkan dengan baik sekarang." (tertawa)
  • Tanto : "Berkat kebijakan dari Pak Kades, kan. (tertawa) Sekarang, tidak ada warga yang membuang sampah di sungai lagi. Saya jadi enggan juga kalau mau buang sampah di depan rumah, Pak. Kalau ada tamu kan tidak sedap dipandang mata, Pak."
  • Pak Kades : "Betul sekali, Mas Tanto. Lagi pula sungai adalah salah satu sumber daya alam yang harus kita jaga kelestariannya. Tuhan mengaruniakan sungai sebagai salah satu sumber kehidupan bagi kita, bukan sebagai tempat pembuangan akhir. Kita harus bersyukur atas karunia Tuhan itu dengan memanfaatkan dan menjaganya dengan baik. Bukan begitu, Mas?"
  • Tanto : "Pak kades teh orang pinter. Saya orang kecil nurut saja apa kata orang pinter atuh, Pak."
Sejak saat itu, banjir jarang terjadi. Bantaran sungai tampak bersih dan sehat. Anak-anak bermain dengan ceria. Keadaan pun berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.


Begitulah kisahnya, semoga kisah drama tersebut bisa mengispirasi anda. Walaupun ceritanya tidak terlalu panjang, namun inti permasalahannya cukup jelas. Amanat yang bisa diambil dari cerita tersebut adalah:
  • Janganlah membuang sampah sembarangan dan jangan malas untuk membuang sampah pada tempatnya.
  • Suatu masalah apabila didiskusikan, maka pasti akan ditemukan jalan keluar atau solusinya.
  • Agar dapat merubah keadaan menjadi lebih baik, maka jadilah orang yang pintar dan terpelajar.
Sekian, Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar